Pilah-Pilih Teman



بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sembarangan pilih teman akan menjadi penyesalan kelak.

Perhatikan kisah yang sangat menarik dari detik-detik kematian paman Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Thalib.

Kisah ini menggambarkan betapa meruginya berkawan dengan teman yang buruk.


“Tatkala menjelang kematian Abu Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepadanya. Ternyata di samping Abu Thalib sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah.

Nabi pun berkata kepada  Abu Thalib,

 أَيْ عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

“Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaha illallah, yaitu sebuah kalimat yang dapat aku jadikan hujjah untuk menolongmu di sisi Allah"

Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah segera menimpali seraya berkata,
 أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ

“(Wahai Abu Thalib), Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib (yaitu agama kesyirikan)...?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengulangi ucapannya.

Namun mereka berdua juga selalu menimpali dan mengulang-ulang ucapannya.

Hingga akhir dari ucapan Abu Thalib adalah sebagaimana ucapan Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah.
Abu Thalib enggan untuk mengucapkan laa ilaha illallah...” (HR. Bukhari: 4399)

Walau Abu Thalib dalam hidupnya banyak bergaul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebaik-baik makhluk yang paling layak untuk dijadikan teman dan kekasih.

Namun dia juga bergaul dengan teman-teman yang buruk yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Sehingga menjadi sebab kecelakaan, kehancuran dan kebinasaan dirinya di akhirat.

Benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

"Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya...” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Silsilah Ash-Shahihah: 927)

والله اعلم بالصواب

Komentar

Postingan Populer